Menggali Diri, Menjumpai Diri Pertama Kali

Beberapa waktu lalu, kawan lama saya sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah, menyapa saya dalam e-mail yang sekonyong-koyong. Bayangkan saja sudah dua puluh tahun tidak bersua, tiba-tiba dikirimi e-mail dengan judul, "Masih Ingat Nggak Sama Saya?" Wah, cepat-cepat saya buka e-mail itu, ternyata ia adalah kawan lama yang dulu juga dikenal sebagai foto model tahun 1980an, penulis novel kondang untuk remaja, dan juga penulis skenario film dan sinetron yang jumlahnya sudah ratusan. 

Tidak lama kemudian, saya juga mengetahui kiprahnya setelah kami saling menelpon satu sama lain. Juga saya telah membaca bukunya yang terakhir yang merupakan bunga rampai para imigran asal Indonesia yang berjuang keras dalam beradaptasi di tanah rantau. Ia salah satunya, dan tidak dinyana, ternyata kehidupan sama kecilnya sangat di luar dugaan saya. Saya takjub dan terkesima. Butakah saya selama itu? 

Sejak SD sampai dengan awal SMA, kami sering satu kelas di salah satu sekolah privat di Jakarta Pusat, yang dikenal sebagai salah satu sekolah terbaik di Indonesia. Saat itu, mungkin karena kenaifan saya atau perhatian saya yang sangat terbatas, saya tidak pernah mengira bahwa sahabat saya ini bukanlah orang yang "happy go lucky" saja, walaupun itulah imej yang saya tanggap darinya. 

Dari pembawaannya yang ceria dan tenang, malah cepat akrab dengan siapa pun, tampaknya saya telah "tertipu." Betul, saya mengira ia bukanlah orang yang senang berefleksi dan berpikir, serta menulis cerpen dan novel hanya karena kebetulan saja ia pandai menulis. Ternyata, saya salah sangka. 

Sejak masa kanak-kanak, ia ternyata memang sudah mandiri karena keterbatasan finansial. Dengan membantu ibundanya berjualan kue di pasar dan menabung seluruh uang jajannya untuk membelikan dirinya sendiri sepasang sepatu, ia tidak pernah satu kali pun menunjukkan kepada dunia betapa dirinya berkekurangan. Ia tetap tersenyum dan menunjukkan kepada dunia betapa berkelimpahannya dirinya. Bayangkan, saat itu ia masih begitu muda, mungkin belum mengenal konsep mindset sama sekali. Namun ia adalah winner sejati karena konsep mindset sukses itu terjadi dengan sendirinya di usia muda. 

Ia bahkan menunjukkan prestasi tulis-menulis dan foto modelnya sebagai suatu kegemaran belaka, yang memang merupakan anugerah luar biasa untuk bisa mencapai sukses dengan menggunakan talenta yang ada. Intinya, ia bekerja sambil merasa bermain, dan bermain sambil bekerja. Satu lagi faktor mengapa saya sangat mengaguminya setelah saya lebih mengenal filosofi hidupnya. Ya, saat masih satu kelas di SMP dan SMA dulu, saya belum mengerti akan konsep kerja sambil bermain ini, yang merupakan salah satu cerminan mindset sukses. 

Kelebihannya yang satu lagi adalah kemampuan untuk menggunakan dirinya sendiri sebagai filter kehidupan. Dengan mengalami hidup dalam keseluruhannya, ia telah dengan berani mengambil inti sari hidup dan merangkainya dalam berbagai kisah yang ia tulis untuk karya-karyanya. 

Dengan membaca memoar singkatnya, ia pun telah membantu saya dalam memandang ke dalam diri, mencari diri yang selama ini tidak saya ketahui bahwa saya miliki. Dan berhasil menemukan satu bagian dari diri saya yang tidak saya kenal. Masa lalu saya kelihatan lebih jelas sekarang dan saya tidak lagi memandang masa lalu saya dengan sedemikian naif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar